·
Definisi
Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang
membedakan suatu organisasi dari
organisasi-organisasi lainnya. Menurut Nawawi (2003:283) yang dikutip dari
Cushway B dan Lodge D, hubungan budaya dengan budaya organisasi, bahwa “budaya
organisasi adalah suatu kepercayaan dan nilai-nilai yang menjadi falsafah utama
yang dipegang teguh oleh anggota organisasi dalam menjalankan atau
mengoperasionalkan kegiatan organisasi”. Sedangkan Nawawi (2003, :283) yang
dikutip dari Schemerhom, Hurn dan Osborn, mengatakan “budaya organisasi adalah
suatu sistem penyebaran keyakinan dan nilai-nilai yang dikembangkan di dalam
suatu organisasi sebagai pedoman perilaku anggotanya”.
·
Level
Budaya Organisasi
Level 1 Artefak.
Level ini merupakan dimensi yang paling terlihat dari budaya organisasi, merupakan lingkungan fisik dan social organisasi. Pada level ini, orang yang memasuki suatu organisasi dapat melihat dengan jelas bangunan, output, teknologi, bahasa tulisan dan lisan, produk seni dan prilaku anggota organisasi.
Level 2 Nilai – nilai
Semua pembelajaran organisasi merefleksikan nilai-nilai anggota organisasi, perasaan mereka mengenai apa yang seharusnya berbeda dengan apa yang adanya. Jika anggota organisasi menghadapi persoalan atau tugas baru, solusinya adalah nilai-nilai.
Nilai-nilai tersebut dapat dites dalam lingkungan fisik dan dapat dites melalui consensus.
Level 3 Asusmsi Dasar
Asusmsi Dasar yaitu : Hubungan dengan lingkungan, Sifat realitas, waktu dan ruang, karakteristik sifat manusia, sifat aktivitas manusia, sifat dari hubungan antar manusia.
Level ini merupakan dimensi yang paling terlihat dari budaya organisasi, merupakan lingkungan fisik dan social organisasi. Pada level ini, orang yang memasuki suatu organisasi dapat melihat dengan jelas bangunan, output, teknologi, bahasa tulisan dan lisan, produk seni dan prilaku anggota organisasi.
Level 2 Nilai – nilai
Semua pembelajaran organisasi merefleksikan nilai-nilai anggota organisasi, perasaan mereka mengenai apa yang seharusnya berbeda dengan apa yang adanya. Jika anggota organisasi menghadapi persoalan atau tugas baru, solusinya adalah nilai-nilai.
Nilai-nilai tersebut dapat dites dalam lingkungan fisik dan dapat dites melalui consensus.
Level 3 Asusmsi Dasar
Asusmsi Dasar yaitu : Hubungan dengan lingkungan, Sifat realitas, waktu dan ruang, karakteristik sifat manusia, sifat aktivitas manusia, sifat dari hubungan antar manusia.
·
Sumber dan Fungsi
Budaya Organisasi
a. Sumber Budaya Organisasi
- Pengaruh
eksternal yang luas. (Broad external influences). Mencakup factor-faktor
yang tidak dapat dikedalikan oleh organisasi, seperti lingkungan alam
(adanya empat musim atau iklim tropis saja) dan kejadian-kejadian
bersejarah yang membentuk masyarakat (sejarah raja-raja dengan nilai0nilai
feudal).
- Nilai-nilai
budaya dan budaya nasional (soctetal values and national culture).
Keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas (misalnya
kebebasan individu, kolektivisme, kesopansantunan, kebersihan, dan
sebagainya).
- Unsure-unsur
khas dari organisasi (organization specifis elements). Organisasi selalu
berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam usaha mengatasi baik masalah
eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan
penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Penyelesaian yang merupakan ungakapan
dari nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan. Keberhasilan mengatasi masalah
tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi. Misalnya
masalah menghadapi kesulitan usaha, biaya produksi terlalu tinggi,
pemasaran biayanya tinggi juga, maka dicari jalan bagaimana penghematan di
segala bidang dapat dilakukan. Jika ternyata upayanya berhasil, biaya
produksi dapat diturunkan demikian juga biaya pemasaran, maa nilai untuk
bekerja hemat (efisien) menjadi nilai utama dalam perusahaan. Dalam sumber
budaya yang ketiga di atas, unsure-unsur khas dari organisasi, kita
temukan konsep budaya organisasi dari Schein.
b. Fungsi Budaya Organisasi
1.
Batas
Budaya berperan sebagai penentu batas-batas; artinya, budaya
menciptakan perbedaan atau yang membuat unik suatu
organisasi dan membedakannya dengan organisasi lainnya.
2.
Identitas
Budaya memuat rasa identitas suatu organisasi
3.
Komitmen
Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih
besar daripada kepentingan individu.
4.
Stabilitas
Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah
perekat sosial yang membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan
standar mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan karyawan.
5. Pembentuk
sikap dan perilaku
Budaya bertindak sebagai mekanisme alasan yang masuk akal (sense-making)
serta kendali yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku
karyawan. Fungsi terakhir inilah yang paling menarik. Sebagaimana
dijelaskan oleh kutipan berikut, budaya mendefinisikan aturan main:
·
Cara Menciptakan dan
Mempertahankan Budaya Organisasi
v Menciptakan budaya organisasi adalah
dengan upaya penanaman nilai-nilai budaya dalam manajemen atau adminnistrasi.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara antara lain:
1. Struktur organisasi yang benar sesuai dengan tuntutan/tujuan dan sebagai strategi.
2. melakukan manajemen secara horisontal, lebih banyak yang bersifat kerjasama/koordinasi.
3. Memberikan pelayanan atas dasar strategi yang baik.
4. Interaksi atau pergaulan atas dasar silih asih, asah dan asuh.
5. Membuang budaya yang negatif dan memasukan nilai-nilai baru.
6. Orientasi kerja pada peningkatan kualitas.
7. Mengembangkan upaya kemitraan/partnership.
8. Melakukan gaya kepemimpinan dengan keteladanan
9. Manajemen/administrasi dengan melakukan penyempurnaan terus menerus.
1. Struktur organisasi yang benar sesuai dengan tuntutan/tujuan dan sebagai strategi.
2. melakukan manajemen secara horisontal, lebih banyak yang bersifat kerjasama/koordinasi.
3. Memberikan pelayanan atas dasar strategi yang baik.
4. Interaksi atau pergaulan atas dasar silih asih, asah dan asuh.
5. Membuang budaya yang negatif dan memasukan nilai-nilai baru.
6. Orientasi kerja pada peningkatan kualitas.
7. Mengembangkan upaya kemitraan/partnership.
8. Melakukan gaya kepemimpinan dengan keteladanan
9. Manajemen/administrasi dengan melakukan penyempurnaan terus menerus.
v Mempertahankan agar sebuah Budaya
tetap hidup
Sekali budaya itu ada, akan terdapat kekuatan-kekuatan dalam organisasi yang bertindak untuk mempertahankannya dengan cara memberiklan sejumlah pengalaman yang smaa kepada para pegawai. Ketiga kekuatan yang memainkan bagian yang paling penting dalam mempertahankan sebuah budaya adalah praktek seleksi oprganisasi, tindakan manajemen puncak, serta metode sosialisasi organisasi.
1) Seleksi
Tujuan eksplisit dari proses seleksi adalah untuk menemukan dan mempekerjakan individu yang mempunyai pengetahuan, kepandaian dan kemampuan untuk berprestasi dalam pekerjaan-pekerjaan di organisasi dengan berhasil. Proses seleksimemberi informasi kepada para pelamar mengenai organisasi itu, dan jika mereka merasakan konflik antara nilai mereka dengan nilai organisasi itu, mereka dapat mengundurkan diri dari pencalonannya. Dengan demikian, proses seleksi tersebut mempertahankan budaya organisasi dengan menyaring individu yang mungkin akan menyerang atau mengacaukan nilai-nilai intinya.
2) Manajemen puncak
Tindakan manajemen puncak juga mempunyai dampak penting terhadap budaya organisasi. Para pegawai memperhatikan perilaku manajemen, “seperti si A pada saat itu ditegur, padahal pekerjaannya baik, hanya karena ia sebbelumnya tidak diminta untuk melakukannya atau si B dipecat karena ia di depan umum tidak setuju dengan pandangan perusahaan. Kejadian-kejadian tersebut kemudian dalam kurun waktu tertentu menetapkan norma-norma yang kemudian meresap ke bawah melalui organisasi dan memberitahukan apakah pengambilan resiko itu diinginkan atau tidak, berapa banyak kebebasan yang harus diberikan para manajer kepada para bawahannya, busana yang bagaimana yang cocok, tindakan apa yang akan memberi hasil, dalam hubungannya dengan kenaikan gaji, promosi, dan imbalan lainnya, dan sebagainya.
3) Sosialisasi
Bagaimanapun sebaiknya sebuah organisasi melakukan rekrutmen dan seleksi, pegawai baru tidak akan sepenuhnya terindokrinasi pada budaya organisasi. Sebuah organisasi akan selalu mensosialisasikan setiap pegawai selama kariernya dalam organisasi
Sekali budaya itu ada, akan terdapat kekuatan-kekuatan dalam organisasi yang bertindak untuk mempertahankannya dengan cara memberiklan sejumlah pengalaman yang smaa kepada para pegawai. Ketiga kekuatan yang memainkan bagian yang paling penting dalam mempertahankan sebuah budaya adalah praktek seleksi oprganisasi, tindakan manajemen puncak, serta metode sosialisasi organisasi.
1) Seleksi
Tujuan eksplisit dari proses seleksi adalah untuk menemukan dan mempekerjakan individu yang mempunyai pengetahuan, kepandaian dan kemampuan untuk berprestasi dalam pekerjaan-pekerjaan di organisasi dengan berhasil. Proses seleksimemberi informasi kepada para pelamar mengenai organisasi itu, dan jika mereka merasakan konflik antara nilai mereka dengan nilai organisasi itu, mereka dapat mengundurkan diri dari pencalonannya. Dengan demikian, proses seleksi tersebut mempertahankan budaya organisasi dengan menyaring individu yang mungkin akan menyerang atau mengacaukan nilai-nilai intinya.
2) Manajemen puncak
Tindakan manajemen puncak juga mempunyai dampak penting terhadap budaya organisasi. Para pegawai memperhatikan perilaku manajemen, “seperti si A pada saat itu ditegur, padahal pekerjaannya baik, hanya karena ia sebbelumnya tidak diminta untuk melakukannya atau si B dipecat karena ia di depan umum tidak setuju dengan pandangan perusahaan. Kejadian-kejadian tersebut kemudian dalam kurun waktu tertentu menetapkan norma-norma yang kemudian meresap ke bawah melalui organisasi dan memberitahukan apakah pengambilan resiko itu diinginkan atau tidak, berapa banyak kebebasan yang harus diberikan para manajer kepada para bawahannya, busana yang bagaimana yang cocok, tindakan apa yang akan memberi hasil, dalam hubungannya dengan kenaikan gaji, promosi, dan imbalan lainnya, dan sebagainya.
3) Sosialisasi
Bagaimanapun sebaiknya sebuah organisasi melakukan rekrutmen dan seleksi, pegawai baru tidak akan sepenuhnya terindokrinasi pada budaya organisasi. Sebuah organisasi akan selalu mensosialisasikan setiap pegawai selama kariernya dalam organisasi